PINDAINEWS, Bandung -- Pada awal kehadirannya, Program Petani Milenial, yang digagas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar, bertujuan menggeliatkan sekaligus meregenerasi sektor serta pelaku pertanian.
Namun, dalam pelaksanannnya, Program Petani Milenial menimbulkan polemik. Kuat dugaan, sejumlah peserta Program Petani Milenial sangat kecewa. Tidak hanya rugi, mereka pun terjerat utang perbankan.
Tentu saja, carut-marutnya Program Petani Milenial disorot dan dikritisi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jabar.
Melansir kompas.com, secara pedas, Yunandar Rukhiadi, Sekretaris Komisi II DPRD Jabar, menilai, Program Petani Milenial yang bergulir pada 2021 hanya bersifat gimmick atau menarik peminat.
"Gimmick bukan hal buruk, tetapi lebih pada menarik peminat," ujar Yunandar, dikutip dari Kompas.com, Jumat (3/2/2023).
Dia berpandangan, terjadi kesalahan desain awal pada Program Petani Milenial. Yakni, program ini menimbulkan kesan bahwa setiap orang bisa dan sanggup berprofesi sebagai petani melalui proses yang cepat.
Mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) 4/2018, ungkap dia, dalam meregenerasi petani, perlu adanya berbagai fasilitas pendukung, khususnya sektor pertanian modern.
Dia menuturkan, kemungkinan besar, pihak eksekutif, dalam hal ini Pemprov Jabar, tidak membaca Perda 4/2018. Pihaknya pun, ujar dia, pada 2020 pernah menyatakan bahwa untuk menjadi petani milenial, ada panduannya.
"Yang terjadi, terkesan, setiap orang bisa jadi petani," semburnya.
Sorotan lainnya, kata dia, yakni proses inagurasi program Petani Milenial pada Maret 2022 di Bogor. Saat itu, lanjutnya, para peserta Petani Milenial hanya dibekali kisah sukses petani sukses yang alumnus program itu.
Pihaknya berpandangan, untuk menjadi petani versi Program Petani Milenial, para peserta cukup mengalami perekrutran, menjalani pelatihan, lagi mengikuti inagurasi.
Setelah melalui proses itu, kata dia, terkesan bahwa para peserta berstatus petani.
Gagal bayar offtaker pun, semprot dia, menjadi indikasi bahwa Program Petani Milenial memang tidak melalui persiapan matang.
Idealnya, tutur dia, agar program ini optimal, terbentuk ekosistem pertanian. Misalnya, jelas dia, pembibitian, pembiayaan perbankan, buyer, konsultan, dan lainnya.
Editor: Erwin Adriansyah